ان الدنيا خلوة خضرة وان الله مستخلفكم فيها
فينظر كيف تعلمون فاتقوا الدنيا واتقوا النساء
“Sesungguhnya dunia
adalah manis dan hijau dan sesungguhnya Allah akan menitipkan padamu, maka akan
melihat apa yang kamu lakukan. Maka hati-hatilah terhadap dunia dan wanita,
karena fitnah pertama yang menimpa Bani Israil terjadi pada wanita” (HR Muslim)
Fitnah dunia telah sedemikian hebatnya mengganas, menyerang dan
menguasai pikiran mayoritas umat manusia dan umat Islam. Fitnah itu mengkristal
sehingga menjadi sebuah ideologi bahkan agama yang banyak dianut manusia, yaitu
materialisme. Dan yang terkena korban materialisme ini bukan hanya muslim awwam
semata, tetapi juga menimpa para aktifis dan kader dakwah. Realitas penyakit
ini tidaklah terlalu mengagetkan kita, walaupun tidak boleh diremehkan dan
dibiarkannya. Rasulullah saw, pada 14 abad yang lalu telah memprediksinya dalam
sebuah hadits yang terkenal disebut dengan hadits Wahn.
Demikianlah kondisi umat di akhir zaman, telah dirasuki penyakit
hubud dunya yang sangat mendalam sehinga berdampak pada rusaknya tatanan
pikiran dan moral mereka. Umat Islam yang sudah terfitnah oleh dunia akan mudah
diperbudak oleh dunia. Padahal yang menguasai perbendaharaan dunia sekarang ini
adalah bangsa-bangsa kapitalis dan materialis, seperti AS, Eropa dan Israel.
Maka jadilah apa yang seperti digambarkan oleh Rasulullah saw. dalam haditsnya.
Dunia dengan segala isinya adalah fitnah yang banyak menipu
manusia. Dan Rasulullah saw. telah memberikan peringatan kepada umatnya dalam
berbagai kesempatan, beliau bersabda dalam haditsnya: Dari Abu Said Al-Khudri
ra dari Nabi saw bersabda: ”Sesungguhnya dunia itu
manis dan lezat, dan sesungguhnya Allah menitipkannya padamu, kemudian melihat
bagaimana kamu menggunakannya. Maka hati-hatilah terhadap dunia dan
hati-hatilah terhadap wanita, karena fitnah pertama yang menimpa bani Israel
disebabkan wanita”(HR Muslim)
Harta dengan segala macamnya pada dasarnya adalah keni’matan yang
diberikan Allah swt kepada hambanya. Dan manusia harus menjadikannya sebagai sarana
ibadah dalam hidupnya. Tetapi yang sering terjadi dan menimpa manusia ialah
bahwa harta berubah menjadi fitnah dan bencana yang merugikan dirinya di dunia
maupun akhirat. Sebagaimana diisyaratkan dalam Al-Qur’an: ”Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya di antara
isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka
berhati-hatilah kamu terhadap mereka; dan jika kamu memaafkan dan tidak
memarahi serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang. Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu):
di sisi Allah-lah pahala yang besar” (At-Taghaabun 14-15).
Macam- Macam Fitnah
Dunia
Secara umum fitnah kehidupan dunia dapat dikategorikan menjadi
tiga bentuk, yaitu: wanita, harta dan kekuasaan.
Fitnah Wanita
Dahsyatnya fitnah wanita telah disebutkan dalam Al-Qur’an dan
Hadits. Bahkan surat ‘Ali Imran 14 menempatkan wanita sebagai urutan pertama
yang banyak dicintai oleh manusia dan pada saat yang sama menjadi fitnah yang
paling berbahaya untuk manusia. Rasulullah saw. bersabda, ”Tidaklah aku tinggalkan fitnah yang lebih besar bagi
kaum lelaki melebihi fitnah wanita” (HR Bukhari dan Muslim).
Fitnah wanita dapat menimpa siapa saja dari seluruh level
tingkatan manusia baik dari kalangan pemimpin maupun rakyat biasa. Sejarah
telah membuktikan kenyataan tersebut. Banyak para pemimpin dunia yang jatuh
karena faktor fitnah wanita. Dan fitnah wanita juga dapat menimpa para da’i dan
pemimpin da’i. Bahkan salah satu hadits yang paling terkenal dalam Islam, yaitu
hadits niat, sebab keluarnya karena ada salah seorang yang hijrah ke Madinah
untuk menikahi wanita yang bernama Ummu Qois. Maka dikenallah dengan sebutan
Muhajir Ummu Qois.
Banyak sekali bentuk fitnah wanita, jika wanita itu istri maka
banyak para istri dapat memalingkan suaminya dari ibadah, dakwah dan amal
shalih yang prioritas lainnya, istri dapat membuat seseorang memutuskan
silaturahim dengan orang tua dan saudaranya, lebih mencintai istrinya sehingga
suami tidak berdaya, dikendalikan istri dan menghalalkan segala cara. Jika
wanita itu wanita selain istrinya, maka fitnah dapat berbentuk perselingkuhan
dan perzinahan. Fitnah inilah yang sangat dahsyat yang menimpa banyak umat
Islam. Angka perzinahan dan aborsi sangat besar, begitu pula sarana-sarana
menuju perzinahan juga sangat terbuka luas. Sedangkan poligami yang dilakukan
sesuai dengan batas-batas yang diajarkan Islam, tidak masuk pada fitnah wanita
dalam arti yang buruk, karena Rasulullah saw. dan sebagian besar sahabat
melaksanakan sunnah ini.
Ada banyak cerita masa lalu baik yang terjadi di masa Bani Israil
maupun di masa Rasululullah saw yang menyangkut wanita yang dijadikan obyek
fitnah. Kisah seorang rahib yang membakar jari-jari tangannya untuk
mengingatkan diri dari azab neraka ketika berhadapan dengan wanita yang sangat
siap pakai, kisah penjual minyak wangi yang mengotori dirinya dengan kotoran
dirinya agar wanita yang menggodanya lari dan cerita nabi Yusuf as yang
diabadikan Al-Qur’an. Itu kisah-kisah mereka yang selamat dari fitnah wanita.
Sedangkan kisah mereka yang menjadi korban fitnah wanita lebih banyak lagi.
Kisah rahib yang mengobati wanita kemudian berzina sampai hamil dan
membunuhnya, sampai akhirnya musyrik karena menyembah syetan. Kisah raja Arab
dari Bani Umayyah yang meninggal dalam pelukan wanita dan banyak lagi
kisah-kisah lainnya.
Dalam kamus Islam, wanita dapat menjadi pemicu utama dari
munculnya potensi kebaikan dan begitu juga dapat memicu utama dari munculnya
potensi kejahatan. Wanita yang menjadi pemicu utama kebaiakan adalah wanita
shalihah, Rasulullah saw. bersabda, ”Dunia
adalah perhiasan dan sebaik-baiknya perhiasan adalah wanita yang shalihah. Jika
melihatnya menyenangkan, jika memerintahnya mentaati dan jika ghaib, maka
menjaga diri dan hartanya” (HR Muslim). Sedangkan wanita
yang menjadi pemicu utama kejahatan adalah wanita yang jahat pula. Rasulullah
saw, bersabda, “Dua kelompok penghuni
neraka yang tidak akan aku lihat. Kaum yang membawa cemeti seperti ekor sapi
untuk menyiksa manusia. Dan wanita yang tidak bersyukur, telanjang (tidak
menutup aurat), tidak taat dan menyuruh orang untuk tidak taat. Kepala mereka
seperti punuk unta. Mereka tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium baunya,
walaupun baunya dapat tercium sejauh perjalanan ini dan ini (HR Muslim)
Fitnah Harta
Fitnah dunia termasuk bentuk fitnah yang sangat dahsyat yang
dikhawatirkan Rasulullah saw, “Dari Amru bin Auf
al-Anshari ra bahwa Rasulullah SAW mengutus Abu Ubaidah bin al-Jarrah ke
al-Bahrain untuk mengambil jizyahnya. Kemudian Abu Ubaidah datang dari bahrain
dengan membawa harta dan orang-orang Anshar mendengar kedatangan Abu Ubaidah.
Mereka berkumpul untuk shalat Subuh dengan Nabi SAW tatkala selesai dan hendak pergi
mereka mendatangi Rasul SAW, dan beliau tersenyum ketika melihat mereka
kemudian bersabda:”Saya yakin kalian mendengar bahwa Abu Ubaidah datang dari
Bahrain dengan membawa sesuatu?”. Mereka menjawab:”Betul wahai Rasulullah”.
Rasul SAW bersabda:” Berikanlah kabar gembira dan harapan apa yang menyenangkan
kalian, demi Allah bukanlah kefakiran yang paling aku takutkan padamu tetapi
aku takut dibukanya dunia untukmu sebagaimana telah dibuka bagi orang-orang
sebelummu dan kalian akan berlomba-lomba mendapatkannya sebagaimana mereka
berlomba-lomba, dan akan menghancurkanmu sebagaimana telah menghancurkan
mereka” (HR Bukhari dan Muslim).
Pada saat dimana dakwah sudah memasuki wilayah negara, maka fitnah
harta harus semakin diwaspadai. Karena pintu-pintu perbendaharaan harta sudah
sedemikian rupa terbuka lebar. Dan fitnah harta, nampaknya sudah mulai menimpa
sebagian aktifitas dakwah. Aromanya sudah sedemikian rupa tercium menyengat.
Kegemaran main dan beraktifitas dihotel, berganti-ganti mobil dan membeli mobil
mewah, berlomba-lomba membeli rumah yang mewah dan berlebih-lebihan dengan
perabot rumah tangga, lebih asyik bertemu dengan teman yang memiliki level sama
dan para pejabat lainnya adalah beberapa fenomena fitnah harta.
Yang paling parah dari fitnah harta bagi para da’i adalah
menjadikan dakwah sebagai dagangan politik. Segala sesuatu mengatasnamakan
dakwah. Berbuat untuk dakwah dengan berbuat atas nama dakwah bedanya sangat
tipis. Menerima hadiah atas nama dakwah, menerima dana dan sumbangan musyarokah
atas nama dakwah. Mendekat kepada penguasa dan menjilat pada mereka atas nama
dakwah dan sebagainya. Dalam konteks ini Rasulullah saw. dan para sahabatnya
pernah ditegur keras oleh Allah karena memilih mendapatkan ghonimah dan tawanan
perang, padahal itu semua dengan pertimbangan dakwah dan bukan atas nama
dakwah. Kejadian ini diabadikan Al-Qur’an surat Al-Anfaal 67-68, “Tidak patut, bagi seorang nabi mempunyai tawanan
sebelum ia dapat melumpuhkan musuhnya di muka bumi. kamu menghendaki harta
benda duniawiyah sedangkan Allah menghendaki (pahala) akhirat (untukmu). dan
Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Kalau sekiranya tidak ada ketetapan
yang Telah terdahulu dari Allah, niscaya kamu ditimpa siksaan yang besar Karena
tebusan yang kamu ambil.”
Fitnah Kekuasaan
Fitnah kekuasaan biasanya menimpa kalangan elit dan level tertentu
dalam tubuh umat. Fitnah inilah yang menjadi pemicu fitnah kubra di masa
sahabat, antara Ali ra dengan siti Aisyah ra dalam perang Jamal, antara Ali ra.
dengan Muawiyah ra dalam perang Siffin, antara Ali ra. dengan kaum Khawarij
dll. Kemudian Muawiyah ra merintis dinasti Umayyah yang sarat fitnah.
Demikianlah kekuasaan Islam seterusnya sarat dengan fitnah dan konflik
kepentingan. Di masa Bani Abbasiyah banyak ulama yang menjadi korban pembunuhan
penguasa yang menganut faham Mu’tazilah, dan terkenallah dengan fitnah
penciptaan Al-Qur’an. Dan imam Ahmad bin Ahmad salah seorang ulama korban
fitnah kokoh dan tegar dengan sikapnya bahwa Al-Qur’an bukan mahluk.
Fitnah kekuasaan ini juga dapat menimpa gerakan dakwah dan memang
telah banyak menimpa gerakan dakwah. Para aktifis gerakan dakwah termasuk para
pemimpin gerakan dakwah adalah manusia biasa yang tidak ma’shum dan tidak
terbebas dari dosa dan fitnah. Yang terbebas dari fitnah dan kesalahan adalah
manhaj Islam. Sehingga fitnah kekuasaan dapat menimpa mereka kecuali yang
dirahmati Allah. Kecintaan untuk terus memimpin dan berkuasa baik dalam wilayah
publik maupun struktur Partai adalah bagian dari fitnah kekuasaan.
Fitnah kekuasaan yang paling dahsyat menimpa aktifis dakwah adalah
perpecahan, saling menjatuhkan, saling memfitnah bahkan saling membunuh. Dan
semua itu pernah terjadi dalam sejarah Islam. Semoga kita semua diselamatkan
dari semua bentuk fitnah ini.
Untuk mengantisipasi semua bentuk fitnah dunia ini, maka kita
harus senantiasa mendekatkan diri kepada Allah dan berlindung dari keburukan
fitnah dunia. Mengokohkan pribadi kita sehingga menjadi jiwa rabbani bukan jiwa
maadi (materialis) dan juga bukan jiwa rahbani (jiwa pendeta yang suka kultus).
Disamping itu kita harus mengokohkan pemahaman kita tentang hakekat dunia,
risalah manusia dan keyakinan tentang hisab dan hari akhir.
1. Hakekat Harta dan Dunia
1.
Dunia adalah permainan dan senda gurau. Allah swt berfirman:”Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan
main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau
mereka mengetahui”(QS Al-Ankabuut 64).
2.
Kesenangan yang menipu. Allah swt berfirman: ”Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan
yang memperdayakan”(QS Ali Imran 185).
3.
Kesenangan yang terbatas dan sementara, Firman-Nya; Janganlah sekali-kali kamu terpedaya oleh kebebasan
orang-orang kafir bergerak di dalam negeri. Itu hanyalah kesenangan sementara,
kemudian tempat tinggal mereka ialah Jahannam; dan Jahannam itu adalah tempat
yang seburuk-buruknya”(QS Ali Imran 196-197)
4.
Jalan atau jembatan menuju akhirat, Rasulullah saw bersabda: “Jadilah engkau di dunia seperti orang asing atau
musafir (HR Bukhari dari Ibnu Umar) Imam Ahmad, At-Tirmidzi dan Ibnu Majah
menambahkan:” Posisikan dirimu bahwa engkau termasuk ahli kubur”.
2. Mengetahui Kedudukan dan Tugas Manusia
Manusia diciptakan Allah sebagai pemimpin yang harus memakmurkan
bumi. Maka mereka harus menguasai dunia atau harta bukan dikuasai oleh harta.
Sebagaimana do’a yang diungkapkan oleh Abu Bakar ra:”Ya Allah jadikanlah dunia
ditanganku bukan masuk kedalam hatiku”. Kedudukan manusia lebih mulia dari
dunia dan seisinya maka jangan sampai diperbudak oleh dunia atau harta benda.
Manusia memang harus memakmurkan dunia tetapi jangan sampai hal itu melalaikan
dirinya dari visi dan misi mereka.
3. Meyakini hari Hisab dan Pembalasan.
Manusia harus mengetahui dan sadar bahwa kekayaan yang mereka
miliki akan dihisab dan dibalas di akhirat kelak. Bahkan semua yang dimiliki
dan di’nimati manusia baik kecil maupun besar akan dicatat dan
dipertanggungjawabkannya. Oleh karenanya mereka harus berhati-hati dalam
mencari harta kekayaan dan dalam membelanjakannya. Jangan sampai mencarinya
dengan cara yang diharamkan Allah dan membelanjakannya pada sesuatu yang
dihramkan Allah. Lebih jauh lagi manusia harus menjauhkan diri dari diperbudak
oleh harta.
4. Sadar dan menyakini bahwa keni’matan diakhirat jauh lebih
ni’mat dan abadi. Seluruh bentuk keni’matan Allah yang diberikan hamba-Nya
didunia hanyalah sebagian kecil saja. Rasulullah saw bersabda: ”Allah menjadikan rahmat 100 bagian, 99 bagian Allah
tahan dan Allah turunkan ke bumi satu bagian. Satu bagian itulah yang
menyebabkan sesama mahluk saling menyayangi sampai kuda mengangkat telapak
kakinya dari anaknya khawatir mengenainya” (Muttafaqun ‘alaihi).
Begitulah, keni’matan paling ni’mat yang Allah berikan di dunia
hanyalah satu bagian saja dari rahmat Allah swt sedangkan sisanya Allah tahan
dan hanya akan diberikan kepada orang-orang beriman di surga. Oleh karena itu
dalam kesempatan lain Rasulullah saw bersabda tentang dunia bagi orang beriman:
Dari Abu Hurairah ra berkata:”Rasulullah saw bersabda:”Dunia adalah penjara bagi mu’min dan surga bagi orang kafir”(HR
Muslim).
Bahkan Rasulullah saw suatu saat dalam perjalanan bersama sahabat
dan melewati pasar, disana ada seekor kambing yang mati dan cacat. Maka Rasulullah
saw memegang telinganya dan berkata: “Siapakah
yang mau membeli kambing ini satu dirham?” Sahabat berkata:” Kami tidak suka
sedikitpun, dan untuk apa kambing itu?”. Rasul saw melanjutkan:” Maukah ini
untukmu?”, sahabat menjawab: ”Demi Allah jika masih hidup kambing ini cacat,
apalagi kambing sudah jadi bangkai!”. Maka Rasulullah bersabda:”Demi Allah
dunia untukmu lebih hina dari kambing ini di hadapan Allah”.
“Maka janganlah
harta benda dan anak-anak mereka menarik hatimu. Sesungguhnya Allah menghendaki
dengan (memberi) harta benda dan anak-anak itu untuk menyiksa mereka dalam
kehidupan di dunia dan kelak akan melayang nyawa mereka, sedang mereka dalam
keadaan kafir”(QS At-Taubah 55)
Dan kesimpulannya agar kita terbebas dari fitnah dunia, maka kita harus
membentuk diri kita menjadi karaktersitik rabbaniyah bukan madiyah dan juga
bukan rahbaniyah. Jiwa inilah yang selalu mendapat bimbingan Allah karena
senantiasa berintraksi dengan Al-Qur’an baik dengan cara mempelajarinya maupun
dengan cara mengajarkannya. Wallahu A’lam