Sunday, June 6, 2010

Don't be sad my freind Palestine, Quickly you will won

Semoga analisa dari Dr. Abdus Sattar Qasim benar dan Bantuan dari ALLAH segera turun hingga Israel cepat hancur.

Perang dan Perimbangan Kekuatan Baru di Timteng
Dr. Abdus Sattar Qasim

Kawasan Arab Islam memasuki perimbangan kekuatan baru yang muncul gejalanya di perang Juli 2006 dan dipertegas lagi di agresi Israel ke Jalur Gaza tahun 2008/2009. Israel sudah pernah menarik diri dari Libanon Selatan tahun 2000. Dari sini jelas, Israel tidak lagi bisa memaksakan syarat-syaratnya. Negara zionis ini suatu saat akan menarik diri di tengah tekanan militer dari Hizbollah. Era kemenangan-kemenangan Israel sudah berakhir selamanya. Kecuali jika Israel memang ingin menjadi perindu kekalahan. Meski didukung oleh Amerika dan negara-negara Arab, di tahun 2006, Israel tidak lagi mampu mewujudkan targetnya. Dari sana, Israel juga gagal mengubah situasi di Gaza meski wilayah itu sudah hancur luluh.
Tahun 2007 Hizbollah mampu mengembangkan persenjataannya. Sayyid Hasan Nasrollah menegaskan bahwa pihak akan membuat kejutan besar dalam perang mendatang, tanpa merincinya. Disusul kemudian pernyataan Hasan Nasrullah bahwa pihak melakukan perekrutan besar dalam pasukannya yang jumlahnya puluhan ribu personel. Bukan saja untuk jumlah dalam mempertahankan tapi dalam menyerang. Bahkan Nasullah mengancam kapal perang Israel dengan senjata baru jika melintasi laut tengah.
Kebimbangan Israel
Semenjak perang Juli 2006, Israel mengembangkan persenjataannya dan menggelar berbagai latihan militer, membentuk battalion-batalion dan sel-sel militer baru yang sesuai dengan tugasnya yang disesuaikan dengan kondisi Hizbullah. Israel berusaha memperkuat lapisan tank tempurnya, membuat bom baru tembus batu dan lembah dan memperkuat personal pasukannya dan seterusnya. Siang malam Israel berusaha mengkaji perang pertahanan dan serangan (ovensif dan devensif), mengkaji peperangan dengan Hizbullah dan Iran bahkan dengan Suriah baik dalam posisi menyerang atau mempertahankan.
Israel saat ini bertindak berbeda dengan dulu yang biasanya mengancam, menyerang dan menang. Perang di masa lalu bagi Israel hanya mainan dan hiburan. Namun sekarang Israel berpikir dan berpikir dan masih terus berpikir untuk melakukan perang. Dulu Israel latihan perang menyergap kota dan wilayah musuh. Namun kini disamping latihan tersebut, Israel juga latigan mengusir musuh dari wilayahnya yang kemungkinan diserang musuh. Dulu media Israel diberi kemudahan untuk merekam latihan mereka, namun kini Israel merahasiakannya. Dulu Israel bicara soal musuhnya yang gentar. Namun sekarang Israel bicara soal kegentaran dari dua arah dan kemungkinan pesawat Israel membelok arah jika Hizbullah menyerang.
Masalah terbesar Israel dalam perang Juli 2006 adalah tidak adanya akses informasi baginya soal persenjataan Hizbollah. Israel selalu dikagetkan dengan kemampuan baru Hizbullah, termasuk Amerika juga terkaget. Dulu Israel perang dengan rencana yang jelas. Namun kini Israel perang dengan membabi buta. Apalagi sekarang Israel harus menebak-nebak kekuatan Iran dan Suriah.
Pertanyaan besar Israel terhadap dirinya adalah apa respon negara yang tidak diserang Israel jika Israel menyerang sebuah target. Apakah Hizbullah akan memperkuat Hamas jika Israel menyerang Gaza? Apakah Suriah akan ikut perang jika Hizbullah diserang Israel? apa respon Iran? Jika terjadi perang apa sikap Otoritas Palestina dan sebagian negara Arab? Apakah Israel bisa mewjudkan targetnya? Pertanyaan ini membuat Israel sendiri ragu-ragu terhadap dirinya.
Kemungkinan Perang
Menurut penulis, tidak ada pilihan bagi Israel kecuali perang. Meski perang yang dilakukan saat ini merupakan spekulasi besar-besaran, namun perang di masa mendatang spekulasinya lebih besar lagi. Sebab Israel tidak mengetahui pasti kekuatan lawannya. Baik Libanon Selatan (Hizbullah), Suriah, Gaza atau Iran. Israel tidak yakin akan kemenangan meski didukung Amerika dan perang bersamanya. Namun Israel lebih tidak tahun lagi soal perang di masa depan. Apalagi jika musuh Israel akan mengembangkan persenjataannya. Apalagi teknologi Iran dan Suriah bergerak cepat di luar perkiraan.
Jika Israel kehilangan kekuatan yang membuat pihak lain gentar, maka eksistensinya terancam. Penulis tidak yakin jika rencana strategi Israel ingin bertahan di tengah dorongan musuhnya untuk menyerangnya. Kini Israel berusaha mencari cara mengembalikan wibawa militernya dan ingin menegaskan bahwa dirinya lebih hebat disbanding organisasi-organisasi perlawanan, Iran dan Suriah. Bom nuklir Israel bisa dilepaskan ke Iran dan wilayah yang terbilang jauh darinya. Namun bom nuklir itu tidak layak dilepaskan ke Gaza dan Rafah kerena dekat dengan pemukiman warga yahudi. Namun Israel akan menempuh ini jika pihak lainnya menempuh cara yang sama. Iran dan Suriah mampu menyedot serangan bom nuklir secara taktis. Namun Israel tidak bisa menyedot hujam bom klasik. Rencana Israel tidak menjamin pihak lain tidak membalas dengan senjata kimia atau senjata virus. Sebab luas Israel sekitar 21.000 km2, 15%nya kawasan hunian penduduk. Sementara Iran seluas 1.600.000 km2, dan 8%nya kawasan hunian.
Bisa jadi Israel dan Amerika serang mengembangkan senjata pemusnah massal yang serius. Namun kemungkin besar kedua negara itu sejak tahun-tahun berusaha mengembangkan senjata yang bisa mengurangi risiko kerugian nyawa, termasuk bom tembus bumi, pesawat elektrik, pasukan elektrik. Berapa prosentase keberhasilannya? Tidak diketahui. Namun rencana Israel tetap menyimpan banyak teka-teki yang tidak teruraikan. Meski tetap ada rencana yang bisa dipastikan terjadi. Semua situasi berada di bawah tekanan politik berkelanjutan dimana Israel harus mencari jalan keluar dari dilemma keamanan dan militer.
Di sisi lain, jika tidak menggelar perang, sementara ia hanya bertahan dalam kondisi tidak memiliki wibawa militer, maka Israel harus merespon situasi baru yang harus menerima sikap-sikap dan situasi yang ia tolak di masa lalu. Misalnya, Suriah bisa berkeras agar Israel hengkang dari dataran tinggi Golan tanpa syarat. Bisa jadi Israel terpaksa melakukan ini seperti yang terjadi di tahun 2000. Pasukan Suriah akan menduduki Golan. Bisa jadi juga Israel – jika tidak menggelar perang – maka akan tunduk kepada syarat-syarat Palestina.
Keputusan perang bukan hal mudah. Israel akan berpikir berkali-kali. Apalagi pertahanan dalam negerinya sudah berubah. Israel dulu ketika membangun negara berbeda dengan sekarang. Israel kini sedang didera kerusakan moral dan birokrasi, hancurnya mentalitas, budaya konsumtif, lari dari pengorbanan. Namun akhirnya, tidak ada pilihan lain bagi Israel kecuali membela diri dan ia sadar spekulasi ini.
Perubahan Perimbangan Kekuatan
Perimbangan kekuatan di kawasan Arab Islam sudah berubah dengan membawa dampak dan tantangan baru. Pihak kekuatan hegemoni saat ini memiliki dua pilihan; mengakui perimbangan kekuatan baru ini atau memukulnya.
Jika para pembela peperangan memutuskan untuk tidak perang, lantas apa yang dilakukan oleh yang membalik perimbangan kekuatan? Mungkin tidak melakukan apapun jika kekuatan hegemoni merespon tuntutan mereka. Namun mereka akan memerangi jika tuntutan tidak dikabulkan. Israel dituntut sekarang ini menarik diri dari wilayah Libanon dan dataran tinggi Golan dan memberikan izin kepada pengungsi di Libanon untuk kembali ke Palestina. apakah Hizbullah, Suriah dan Iran akan diam atau perang?
Perkiraan penulis, Hizbullah kini sedang mempersiapkan masa transisi untuk menyerang. Hizbullah kini memiliki kesiapan untuk menyerang. Ia memiliki kemampuan untuk membelokkan pesawat Israel bahkan menjatuhkannya. Ini artinya ia telah mampu melangkahi tahap besar dalam perang ovensif. Namun lebih baik Hizbullah menyerang dari belakang barisan lawan. Ia harus mengembangkan kemampuan menyelinap ke wilayah Israel dengan cepat sehingga tidak memungkin bagi Israel untuk menggunakan senjata darat berat.
Apakah Suriah akan mendukung Hizbullah jika belum ada capaian target darat? Yang penting Arab yang harus menyerang dan bukan Israel sebab wilayah mereka yang dijajah dan warga mereka yang diusir.
Kesimpulan
Kawasan Arab Islam kini sedang mendidih. Banyak kekuatan siap perang pagi atau petang. Banyak kekuatan sedang memproduksi senjata dan mengembangkannya, termasuk terhadap pasukan militernya dan melakukan latihan militer dan menghimpun kekuatan serta menebar ancaman. Pergolakan mendidih ini tidak dibiarkan mendingin karena ia hanya bisa mendingin dengan ledakan perang.
Prediksi penulis, pada akhirnya, berdasarkan apa yang penulis ikuti perkembangan teknis dan lapangan, Israel akan mendapatkan serangan kuat. Tentu kerugian di pihak Arab akan besar. Namun kerugian Israel juga akan besar. Israel akan menerima apa yang dulu dia tolak. Bisa jadi Israel tidak hancur di perang mendatang, namun eksitensinya akan tetap menjadi tandatanya. (bn-bsyr)